Catatan Seorang Bambang Pamungkas ‘Saya, Alfred Riedl dan Piala AFF
2010′
Suatu pagi, setelah latihan rutin bersama
Timnas menjelang AFF bergulir, pelatih kepala tim nasional Indonesia Alfred
Riedl tiba-tiba memanggil saya. Di tengah lapangan, di bawah terik mentari dan
dalam keadaan bercucuran keringat, kami melakukan sebuah pembicaraan. Iya,
sebuah pembicaraan yg boleh di katakan cukup serius atau bahkan teramat sangat
serius…
Dalam pembicaraan ini, saya dan Alfred membuat sebuah
kesepakatan. Sebuah kesepakatan yg jujur akan menjadi sesuatu yg sangat berat
bagi saya. Akan tetapi kesepakatan tersebut, terjadi atas dasar sebuah
profesionalisme. Atas dasar jiwa profesional Alfred sebagai pelatih dan juga
jiwa profesionalisme saya sebagai pemain, yg tentunya harus kami berdua hargai
dan junjung dengan sangat tinggi..
Di bawah ini akan saya lampirkan isi
dari percakapan kami saat itu, sebuah percakapan yg mungkin tidak dapat saya
ingat secara detail, akan tetapi secara garis besar tentu saya sangat pahami dan
mengerti betul..
Ini adalah gambaran dari percakapan kami saat
itu:
Alfred : Bambang, selama 3 bulan kita bekerja sama. Tentu kamu sudah
sangat mengenal karakter saya, begitu juga sebaliknya. Saya adalah pelatih yg
jujur, berbicara terbuka dan langsung. Saya bukan tipe pelatih yg suka berbicara
di belakang..
Saya : Iya coach, saya tau betul akan hal
tersebut..
Alfred : Ok bagus kalo begitu. Hari ini, saya harus mengatakan
dengan jujur jika kamu tidak berhasil menjadi bagian dari 11 pemain inti di
Piala AFF nanti..
Mendengar kalimat tersebut seketika lidah saya menjadi
kelu, rahang saya serasa kaku dan membeku saat itu. Jelas ini bukanlah kabar yg
mudah untuk didengar dan diterima. Beberapa saat kemudian hanya sebuah kata
keluar dari mulut saya “Ok”. Dan kemudian Riedl pun kembali
berkata:
Alfred : Bambang, kamu adalah pemain paling senior di tim ini,
kamu sudah berada di tim ini sejak tahun 1999. Saya tau keputusan ini akan
sangat berat buat kamu. Akan tetapi saya harus fair dalam membuat setiap
penilaian..
Saya : Iya coach saya tau itu..
Alfred : Asal kamu tau
Bambang, jika saya masih membutuhkan kamu. Sampai kapanpun, kamu akan tetap
menjadi kapten dan pemimpin dari tim ini. Tidak ada yg perlu di ragukan mengenai
hal tersebut. Akan tetapi saya tidak dapat berjanji, apakah kamu akan turun
dalam setiap pertandingan di Piala Aff nanti..
Saya : Sebagai pemain,
saya akan selalu menghargai dan menghormati keputusan anda sebagai pelatih,
apapun itu. Walaupun sejujurnya hal tersebut tidak akan mudah bagi
saya..
Alfred : Jadi, kamu dapat menerima keputusan saya..??
Saya
: Bisa coach, tidak ada masalah dengan hal tersebut. Anda mungkin baru mengenal
saya selama 3 bulan di tim nasional. Akan tetapi asal anda tahu, bahwa komitmen
saya untuk tim nasional akan selalu 100%. Dan saya harap anda tidak
meragukannya..
Alfred : Satu hal yg kamu harus tau Bambang, jika semua
orang dalam tim ini adalah manusia-manusia yg bebas. Setiap orang boleh pergi
jika merasa tidak puas atau tidak nyaman, dan itu juga berlaku buat kamu dan
juga saya. Jadi jika kamu merasa tidak puas dengan keadaan ini, kamu berhak
untuk meninggalkan tim ini, dan saya akan sangat menghormati keputusan kamu
tersebut. Bagaimana..??
Saya : Tidak coach…!!! Apapun konsekuensinya,
saya akan tetap berada di sini. Kecuali jika anda meminta saya untuk
meninggalkan tim ini, maka saya akan segera mengemas barang-barang saya dan
pulang menemui keluarga saya..
Alfred : Mungkin kamu juga akan mengalami
banyak masalah dengan wartawan yg mungkin akan coba untuk memancing perdebatan
antar kamu dan saya. Karena sebagai pemain senior, kamu hanya menjadi cadangan.
Apakah kamu siap dengan hal tersebut..??
Saya : Tidak ada masalah dengan
hal tersebut coach, lagipula sudah sejak lama hubungan saya dengan wartawan
memang tidak berjalan dengan baik. Anda tidak perlu khawatir dengan hal
tersebut, saya sudah terbiasa dalam menghadapi hal-hal tersebut..
Alfred
: Ok kalau begitu. Apakah kamu juga bersedia untuk membantu saya untuk mengatur,
menjaga serta memimpin tim ini sebagai kapten, walaupun mungkin kamu tidak akan
bermain sebagai pemain utama..??
Saya : Saya akan selalu berusaha
memberikan hal terbaik yg saya mampu untuk anda, untuk tim nasional dan untuk
negara saya coach. Dapat saya pastikan itu..
Alfred : Terima kasih
Bambang, saya tau kamu adalah pemain besar yg juga berjiwa besar.. (Dan kamipun
bersalaman)
Seketika hati saya bergemuruh, suhu badan saya memanas,
keringatpun semakin membasahi sekujur tubuh saya yg memang sudah basah kuyup
dengan keringat selama latihan tadi. Kekecewaan sayapun membuncah. Sebuah
kekecewaan yg sama sekali tidak berhubungan dengan seorang pelatih berkebangsaan
Austria bernama Alfred Riedl tersebut..
Setiap pemain pasti ingin bermain
secara reguler, dan ketika seorang pemain gagal menjadi bagian dari 11 pemain
utama, maka sangat wajar jika orang tersebut kecewa (Tentu kecewa dalam arti yg
positif). Kekecewaaan saya, lebih tertuju kepada diri saya sendiri. Iya, saya
kecewa terhadap diri saya yg tidak mampu mengeluarkan permainan terbaik saya,
sehingga harus kalah bersaing dengan striker-striker yg lain. Jadi sama sekali
tidak berhubungan dengan kepemimpinan Riedl sebagai pelatih, sekali lagi tidak
ada..
Dalam perkembangannya, Riedl juga menjelaskan kepada saya. Jika dia
telah menyiapkan saya sebagai pelapis bagi Christian Gonzales. Dia juga
mengatakan, jika dia tidak akan pernah berpikir untuk memasang saya secara
bersamaan dengan Gonzales di lini depan timnas Indonesia..
Menurut Riedl,
tipe bermain saya dan Gonzales adalah sama. Tentu secara strategi akan sangat
merugikan jika memasang pemain dengan tipe yg sama dalam satu lapangan, dan
untuk hal tersebut saya sendiri sangat setuju. Sehingga, jika nantinya saya
bermain, maka saya akan berpasangan dengan Irfan Bachdim atau Yongki Ariwibowo.
Serta satu hal lagi yg Riedl tegaskan kepada saya adalah, bahwa dia hanya akan
memasangkan saya dengan Gonzales pada saat-saat yg memang sangat-sangat
genting..
Maka selama AFF di gelar, sayapun melakukan apa yg menjadi
tugas saya di dalam tim ini. Memimpin tim ini baik di dalam maupun di luar
lapangan, saya hanya tidak memimpin mereka ketika pertandingan resmi di gelar,
karena hal tersebut menjadi kewenangan Firman Utina. Kedisiplinan semua pemain
dalam apapun kesempatannya adalah menjadi tanggung jawab saya…
Saat
terjadi hal-hal yg tidak sesuai dengan aturan dan ketentuan tim, maka orang
pertama yg harus berhadapan dengan Riedl adalah saya. Suatu contoh, ketika Okto
Maniani sempat terlambat makan siang karena ketiduran, Riedl sempat menegur
dengan keras Okto dengan berkata demikian, “Okto, jika kamu mau tidur, set alarm
kamu agar tidak terlambat. Dan jika kamu masih ragu jika tidak terbangun, kamu
bisa tlp kapten (Saya) untuk meminta bantuan agar di bangunkan saat makan siang.
Kesalahan-kesalahan mendasar seperti ini jelas tidak dapat saya terima
Okto”..
Jadi walaupun status saya hanya sebagai pemain cadangan di tim
ini, akan tetapi segala sesuatu yg berhubungan dengan tim ini di luar partai
resmi adalah menjadi tanggung jawab saya. Sedangkan di dalam lapangan saat
bertanding maka Firman Utina adalah pemimpin tim ini. Dan karena kebetulan kami
satu kamar, maka semuanya dapat kami diskusikan dengan cepat. Kami banyak
berdiskusi mengenai keadaan tim, utamanya sesaat menjelang tidur
malam..
Maka jika anda sekalian cermati, ada sebuah kejadian janggal yg
terjadi selama gelaran AFF kemarin. Yaitu setiap tim nasional memasuki lapangan
untuk melakukan pemanasan, bukan Firman Utina yg memimpin di depan, melainkan
saya. Hal tersebut tentu tidak wajar, mengingat saya hanya pemain cadangan. Akan
tetapi karena itu adalah perintah dari Riedl secara langsung, maka sayapun akan
melakukannya, walaupun sejujurnya ada sedikit perasaan risih yg
mengganjal..
Beberapa kali Alfred sempat memuji saya di depan para pemain
di saat meeting. Dia memuji perilaku saya yg mencerminkan seorang profesional,
dan dapat menerima segala keputusan pelatih walaupun berat. Serta tetap mampu
menjaga komitmen kepada tim nasional, dangan tanpa melakukan hal-hal negatif di
dalam tim..
Saya ingat betul ketika sehari setelah melawan Thailand.
Sesaat sebelum berlatih, di dalam ruang ganti lapangan ABC Alfred sempat berujar
di depan seluruh anggota tim seperti ini.
“Saya ingin berterima kasih
kepada Bambang, karena telah banyak membantu saya dalam menjaga tim ini, dan
juga untuk kontribusinya yg besar pada pertandingan kemarin (Vs Thailand). Saya
tahu sekarang bukan saat yg mudah buat dia, akan tetapi dia mempunyai karakter
yg kuat dan berjiwa besar, sehingga mampu mengawal dirinya dengan baik. Bagi
kalian pemain yg muda, kalian harus liat Bambang, sebagai pemain yg sudah lama
di tim ini. Dia tidak pernah mengeluh apakah akan saya mainkan atau tidak, dan
hanya fokus melakukan tugas nya ketika saya butuhkan. Itu adalah jiwa
profesional, sekali lagi terima kasih Bambang”
Di akhir ucapan Riedl
seluruh pemain bertepuk tangan untuk saya, sayapun mengangguk dan mengucapkan
terima kasih kepada Riedl dan seluruh pemain.
Satu kejadian lagi, yaitu
saat melawan Philiphine di leg kedua, saat itu seharusnya saya tidak turun
bermain. Pada babak ke dua, Afred menyuruh semua pemain cadangan melakukan
pemanasan kecual saya dan Yesayas Desnam. Itu artinya, pada pertandingan itu
saya tidak akan bermain..
Akan tetapi tiba-tiba 10 menit sebelum
pertandingan selesai, Riedl memanggil saya dan memerintahkan saya untuk
melakukan pemanasan. Maka sayapun bergegas melakukannya. Tidak saya sangka
ternyata Riedl lebih memilih memasukkan saya untuk menggantikan Gonzales,
daripada Irfan yg sudah melakukan pemanasan sejak 30 menit yg lalu. Saat itu
pertandingan tersisa 2 menit saja, dan akirnya sayapun bermain selama kurang
lebih 1 menit 15 detik dengan tanpa menyentuh bola sekalipun sampai pertandingan
selesai hehehe…
Sesaat setelah pertandingan selesai, Riedl kembali
memanggil saya dan berkata demikian :
Bambang (_._._) (_._._) (_._._._._)
(_._._._._._), (_._) (_) (_._._._) (_._._._._._) (_._) (_._._._) (_._._._) and
(_._._) (_._._._) (_._._._._._) (_._) the league. (_._._) will be (_._._._)
(_._._._) (_._)…
Sebuah kalimat, yg sejujurnya semakin memotifasi diri
saya untuk terus berjuang bersama tim nas Indonesia di masa-masa yg akan
datang..
Lebih daripada itu semua, bukankah sudah seharusnya setiap
pemain berlaku demikian. Menghormati apapun keputusan staff pelatih, walaupun
sejujurnya mungkin sangat pahit bagi kita. Saya rasa setiap pemain juga tidak
berhak untuk berbuat sesuatu hal negatif, yg dapat mempengaruhi suasana tim
kearah tidak kondusif. Karena dengan begitu, maka kita telah menghargai dan
menghormati seluruh komponen dalam tim itu sendiri…
Dan bagi saya
pribadi, sejujurnya saya ingin memberikan contoh yg baik bagi generasi di bawah
saya, bahwasanya berjuang atas nama negara itu membutuhkan pengorbanan besar, yg
salah satu diantaranya adalah mengorbankan perasaan kita. Akan selalu tidak
mudah menjadi pemain pelapis dalam sebuah tim, akan tetapi sekali lagi
kepentingan tim jauh lebih penting daripada hanya sekedar perasaan kita sebagai
sebuah individu…
Lagipula menjadi bagian dari 22 orang yg terpilih dari
jutaan pesepakbola Indonesia yg di percaya untuk membawa nama Bangsa dan Negara,
sudahlah menjadi sebuah kebanggan yg tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Maka dari itu mengapa kita harus malu menjadi pemain cadangan di tim nasional,
saya rasa tidak ada alasan untuk melakukan hal tersebut..
Selesai…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar